Download free cerpen remaja
Di depanku sudah berdiri tegak seorang pria yang cukup familiar bagiku tapi kenapa aku tak bisa mengingatnya siapa dia,namanya, dan kapan kami penah bertemu. Tapi apa daya lukaku cukup dalam. Dia melihat arah tangan mu. Betapa kagetnya dia dengan isyarat bola matanya yang terbelalak ,ketika melihat kakiku yang berlumuran darah. Terpaksa aku menurut padanya, aku kembali tertegun didalam gendongannya, apa apaan ini aku merasa baru pertama kali bertemu dengannya. Tetapi kenapa aku merasa sudah mengalami hal seperti ini sebelumnya, apakah ini mimpi saja.
Suasana kembali hening. Pikiranku kacau, tapi ku tepis semua itu. Akhirnya sampai juga di klinik itu , dan aku mendapat perawatan ringan, pesannya untuk beberapa hari lukaku agar tak terkena air, supaya cepat kering. Akhirnya ku pulang. Pagi yang cerah, semoga merupakan awal yang baik harapku. Ku awali pagi itu dengan senyum mengembang, karna sudah beberapa hari absen kuliah.
Aku tak selesai membacanya karena hanya berisi cerpen remaja yang remeh temeh tentang cinta. Setelah sampai ke meja pustakawan, terlihat pustakawan sudah siap-siap mau pulang.
Segera, aku bilang untuk memberitahu ingin mengembalikan buku. Hanya saja, Ibu pustakawan yang sudah beruban itu bilang,. Lagi magang dia. Reno, sini No. Lantas ibu itu pergi keluar dan menyisakan kami berdua. Karena terlalu salah tingkah dengan pujian yang aku terima.
Pasalnya baru pertama kali ada yang memuji namaku. Segera aku berbalik arah dan mencoba tidak berbalik. Namun, Ia memanggilku dan menyusulku. Ia pun menghalangi jalanku dengan postur tubuhnya. Aku kembali kikuk dan mengucapkan terima kasih. Sepertinya kikukku terlihat jelas olehnya. Segera kupercepat langkah juga. Namun, saat perjalanan pulang, aku terus memikirkannya. Inikah yang dirasakan para tokoh-tokoh remaja di buku cerpen remaja saat jatuh cinta?
Sekarang, aku menjadi tahu apa yang harus kulakukan: sesering mungkin ke perpustakaan kota. Gadis itu terpaku. Matanya sinis terhadap apa yang ia lihat. Ia melihat sosok gadis seumuran dengannya bermanja ria dengan orangtuanya duduk di resto. Ia yang melihat pemandangan dari luar cafe itu hanya bisa berdiam. Gadis berusia 15 tahun itu menguncir rambutnya sambil jalan. Sifatnya yang ceria membuat siapapun senang berteman dengannya. Ia pun disegani guru-guru karena pintar dan sopan.
Tapi, tanpa orang-orang sadari, ia memiliki lubang hitam di hatinya yang belum terlihat oleh siapapun. Jarak antara sekolah SMP dan rumah Jihan hanya beberapa meter, alhasil mereka hanya jalan dan masuk ke kompleks rumah.
Pada saat perjalanan pulang, Jihan yang berjalan di depan menghentikan langkah. Itu bapak kamu kan? Terlihat juga ada seorang wanita muda yang duduk di jok sampingnya. Riri berdiam lalu kembali berlari ke arah sekolah. Tak mau melewati mobil Ayahnya yang sedang bersama wanita selingkuhan. Sontak teman-temannya pun mengejar, dan merasa kebingungan. Mereka memanggil-manggil Riri, namun tak digubris. Sampai akhirnya di taman sekolah yang sudah sepi, mereka menemukan Riri tersungkur di pojok dinding taman.
Pada hari itu, menjadi hal yang akan diingat oleh Riri. Bahwa masa mudanya tidak selalu berjalan mulus. Akan selalu ada kepedihan yang akan diingat.
Salah satunya ialah masalah keluarganya. Untungnya teman-teman Riri bisa diandalkan. Riri pun menjadi tenang kembali. Lelaki bertubuh agak gempal itu seringkali memasuki sekolah tanpa atribut lengkap. Ditambah selalu mengeluarkan baju seragamnya. Ia pun berteman dengan anak-anak nakal yang terkadang suka rusuh di sekolah.
Tetapi, ia pintar bukan kepalang. Pasalnya, ia adalah orang yang berani bersuara tentang kebijakan MPLS. Untuk apa ya kami disuruh bawa semua barang ini? Apalagi barang-barang ini cukup banyak dan harganya di atas Rp. Kalau ada orang yang kurang beruntung, bagaimana? Alhasil, barang-barang yang tadinya dikatakan akan dijadikan hadiah bagi para peserta terbaik, menjadi tidak wajib untuk dibawa oleh peserta. Hanya peserta yang mampu saja yang diwajibkan untuk membelinya.
Ialah Jono yang berani mempertanyakan kebijakan itu. Selama MPLS, ia tetap mengikuti peraturan sekolah, hanya saja ia berani mengeluarkan unek-uneknya secara langsung di depan panitia. Setelah seminggu, akhirnya MPLS pun selesai. Saat upacara penutupan, Jono dipanggil ke depan lapangan oleh Kepala Sekolah. Sontak semua peserta, panitia, dan guru-guru pun saling berpandang. Awalnya Jono ragu untuk mendatangi Kepala Sekolah di depan halaman, namun akhirnya ia memberanikan diri.
Tapi, ternyata.. Kamu sudah mengkritik beberapa hal yang tidak etis saat adanya MPLS ini. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba terdapat tepuk tangan lalu menjadi riuh. Aku ingat saat itu Jono sangat senang. Sampai saat ini, ketika ia berdiri di lapangan lagi karena memenangkan lomba Sains, aku tersenyum. Aku mengingat obrolan dengannya waktu pertama kali bertemu saat MPLS.
Gadis dengan rambut dicepol itu segera memasuki panggung. Riuh penonton yang hadir membuat semangatnya semakin membahana.
Kakinya mulai menjijit badannya meliuk, berputar, dan menari sesuai irama. Di kursi penonton, ada sosok yang membelalakan matanya. Baru pertama kali inilah ia menonton pertunjukan balet remaja di gedung kesenian. Kalau bukan karena sepupunya yang bernama Anis memaksanya untuk ikut, ia tidak akan berada di tempat itu. Temenku hebat kan? Padahal, jarak perbedaan usianya hanya dua tahun. Gifar tak bergeming. Selesai pementasan tunggal itu, Anis mengajak ke belakang panggung.
Tentu saja dengan menyeret Gifar. Pada saat itulah Gifar melihat secara langsung dengan jarak dekat mata penari balet itu, yang bernama Kalia. Gadis kecil itu seumuran dengan Anis, tak ada yang aneh, hanya saja mata Kalia memancarkan semangat yang penuh terhadap hal yang disuka, yaitu balet. Saat di perjalanan pulang, Anis tak berhenti mengoceh tentang Kalia. Gifar mendengarnya sayup-sayup karena beradu dengan suara motor lainnya. Selain itu LMCR diharapkan juga dapat menjadi sebuah daya dorong untuk memacu dan mengarahkan para siswa untuk berkompetisi menampilkan pengalaman hasil membaca untuk kemudian mengekspresikannya dalam karya tulis khususnya cerita anak.
Karenanya kepada mereka yang terpilih menjadi pemenangnya diberikan berbagai penghargaan, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri. Buku yang kini di tangan pembaca ini merupakan 10 karya terbaik dari ajang Lomba Menulis Cerita Remaja LMCR tahun berdasarkan hasil penilaian objektif para dewan juri.
Setelah dikumpulkan dan disunting lantas diterbitkan menjadi buku yang enak dibaca. Tujuan menerbitkan buku ini, selain merupakan upaya dokumentasi dan publikasi juga merupakan sosialisasi kepada para siswa. Diharapkan dengan membaca karya-karya rekan sejawatnya yang terdapat dalam buku ini mereka akan termotivasi untuk mengikuti Lomba Menulis Cerita Remaja LMCR pada masa yang akan datang.
Buku ini didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan sekolah yang diharapkan akan ikut menambah jumlah koleksi buku-buku bacaan yang telah ada, dan dapat pula diakses naskah pemenang LMCR tahun s.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menyambut baik upaya penerbitan kumpulan tulisan karya-karya terbaik para siswa semacam ini. Diharapkan tradisi yang baik ini perlu terus dilanjutkan di masa-masa mendatang.
Semoga publikasi hasil karya para siswa ini dapat menjadi pemicu dan pemacu semangat para siswa untuk terus berkarya secara kreatif dan inovatif. Dan Buku-Buku ini merupakan Koleksi atau kumpulan hasil lomba menulis cerita yang telah diselenggarakan oleh Dirjen Dikdasmen Kemendikbud. Inilah Buku-Buku yang dapat dimiliki secara gratis. Silahkan download sesuai yang diminati. Pengantar Sastrawan Membaca dan Menulis.
Bekal Hari Depan Anak Bangsa.
0コメント